Melongok Pembangunan Bendungan Bener
Bakal Jadi Bendungan Tertinggi, Harapan bagi Para Petani Bendungan Bener menjadi harapan seluruh komunitas agraris di Kabupaten Purworejo. Bendungan tertinggi di Indonesia yang sekarang sedang tahap pengerjaan itu diyakini sebagai salah satu solusi meningkatkan kesejahteraan petani. EKO SUTOPO, Purworejo Megaproyek Bendungan Bener adalah infrastruktur penampungan air raksasa dengan jalan membendung Sungai Bogwonto. Infrastruktur yang ditetapkan menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN) oleh Presiden Joko Widodo itu memiliki tapak bendung atau pondasi bangunan utama di Desa Guntur Kecamatan Bener dan Desa Kemiri Gebang. Nama desa lokasi tapak bendung itu juga membuat Bendungan Bener disebut juga Bendungan Guntur. Pemerintah mengalokasikan anggaran lewat APBN murni senilai Rp3,8 triliun dengan masa pekerjaannya hingga tahun 2025. Infrastruktur itu dibangun dengan ketinggian 169 meter dan menjadi bendungan tertinggi di Indonesia. Bendungan Bener memiliki fungsi antara lain sebagai penyedia air irigasi untuk sawah di Kabupaten Purworejo. Bendungan akan menjadi sumber suplesi atau tambahan bagi sistem irigasi yang sudah ada sekarang, dengan total luasan 15.519 hektare. Manfaat untuk irigasi itu yang saat ini menjadi harapan petani di Kabupaten Purworejo. \"Kami sangat berharap bendungan bisa dibangun dengan lancar, selesai tepat waktu dan manfaatnya bisa dirasakan petani,\" kata Ketua Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) Daerah Irigasi (DI) Kalisemo di Desa Sidorejo Kecamatan Purworejo, Senin (18/4). Menurutnya, air merupakan salah satu kebutuhan utama budidaya padi di Purworejo. Namun, petani kerap menghadapi kesulitan air saat puncak hingga akhir musim kemarau. Sugiyanto menjelaskan, DI Kalisemo bersumber dari bendung Kalisemo di Sungai Kodil Desa Kalisemo Kecamatan Loano. Irigasi mengairi ratusan hektare sawah di Desa Kalisemo, Karangrejo di Kecamatan Loano, lalu Desa Wonotulis, Sidomulyo, Sidorejo, Brenggong, Ganggeng, Wonoroto, Semawung, Kelurahan Kedungsari, Cangkrep Lor, Cangkrep Kidul, dan Tambakrejo di Kecamatan Purworejo. Pasokan air tidak menjadi masalah saat musim hujan hingga awal kemarau. Namun, debitnya berkurang drastis ketika puncak musim kemarau hingga datangnya musim hujan. Air kerap tidak sampai di sawah petani Desa Semawung, Ganggeng, atau Wonoroto yang terletak di hilir sistem irigasi itu. \"Kalau puncak kemarau, air bisa habis di tengah jalan, tidak sampai ke sawah di ujung saluran,\" tuturnya. Kebijakan pengairan berkeadilan ditempuh GP3A DI Kalisemo dengan menerapkan jadwal sistem pergiliran air. Air disalurkan ke sawah di desa yang dilewati saluran sesuai jadwal disepakati. Pemerintah desa/kelurahan dan petani pengguna air Irigasi Kalisemo harus konsisten dengan jadwal yang sudah disepakati. \"Jika bukan gilirannya, maka petani di desa itu dilarang mengambil air irigasi. Jadi jika tiba jadwal desa ujung saluran yang dapat jatah, air benar-benar bisa sampai ke sana,\" ucapnya. Kondisi itu, katanya, kerap mengakibatkan kegagalan budidaya ketika ada petani yang tidak sabar dan melanggar jadwal yang sudah disepakati. Selain itu, hasil panen tidak dapat maksimal karena terbatasnya ketersediaan air saat musim kemarau. Sugiyanto meyakini kendala tersebut dapat teratasi jika Bendungan Bener kelak beroperasi. \"Awalnya DI kami tidak masuk sistem suplesi Bendungan Bener, tapi karena kami butuh dan meyakini bedungan itu solusi persoalan air para petani, kami usulkan jika DI Kalisemo masuk dalam sistem suplesi,\" katanya. Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian PUPR, bendungan juga akan menjadi sumber air baku yang akan dimanfaatkan masyarakat di Kabupaten Purworejo dan Kebumen di Jawa Tengah, serta Kulonprogo Jogjakarta. Bendungan menyuplai air baku dengan volume 700 liter perdetik untuk Kulonprogo, 500 liter perdetik di Purworejo, dan 300 liter per detik bagi Kebumen. Bendungan tersebut juga akan dimanfaatkan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan daya 10 megawatt. Bendungan juga dapat dimanfaatkan untuk aktivitas pariwisata dan dikelola bersama antara pemerintah dan masyarakat. Fungsi lain yang tak kalah pentingnya adalah kemampuan Bendungan Bener sebagai pengendali banjir. Sungai Bogowonto hampir setiap tahun meluap dan berdampak pada masyarakat yang tinggal di bantaran sungai, dekat kawasan muara. Manfaat bendungan sebagai pengendali banjir itu menjadi harapan kurang lebih 400 keluarga di Desa Bapangsari Kecamata Bagelen. Warga yang tinggal di RW 1 - RW 7 itu hidup berkawan dengan banjir ketika Sungai Bogowonto meluap. Desa Bapangsari terletak di bantaran Sungai Bogowonto tidak jauh dari muara. \"Desa kami termasuk dataran rendah dan berbatasan langsung dengan Sungai Bogowonto. Warga selalu merasakan genangan banjir minimal setahun sekali,\" kata Kepala Desa Bapangsari, Taryono. Tidak hanya Bapangsari, desa langganan banjir di Kecamatan Bagelen lainnya adalah Bugel, Kalirejo, dan Dadirejo. Ribuan jiwa penduduk di empat desa itu harus selalu siaga ketika puncak musim hujan tiba. Banjir rata-rata terjadi sekali dalam setahun. \"Kami sudah terbiasa dan pemerintah juga sudah tanggap, maka sistem antisipasi dampak banjir itu benar-benar dimaksimalkan,\" sebutnya. Bupati Purworejo RH Agus Bastian SE MM mengemukakan, Bendungan Bener merupakan proyek stategis yang memiliki manfaat besar untk masyarakat Purworejo. Ia menegaskan masyarakat Purworejo akan rugi apabila bendungan tersebut sampai gagal dibangun. Menurutnya, pemrakarsa bendungan yakni Kementerian PUPR telah membuat rangkaian kajian lengkap terkait aneka manfaat bendungan dan sudah disosialisasikan kepada masyarakat. \"Masyarakat khususnya para pemanfaat air sudah paham benar akan berbagai keuntungan jika Bendungan Bener beroperasi, masyarakat memberikan dukungan penuh untuk selesainya PSN itu,\" ungkapnya. Kendati demikian, pembangunan masih diwarnai dengan polemik, misalnya pro kontra terkait rencana pembukaan kuari atau tambang batu andesit sebagai material urukan di Desa Wadas Kecamatan Bener. Sebagian warga menolak rencana tambang tersebut. Selain itu, persoalan yang kerap disuarakan warga terdampak bendungan lainnya adalah pembayaran uang ganti rugi (UGR) terkendala. Masih ada sebagian tanah di lokasi infrastruktur bendungan di Desa Guntur belum dibayarkan ganti ruginya oleh pemerintah. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purworejo, katanya, terus berupaya mendukung suksesnya PSN Bendungan Bener. Langkah yang dilakukan untuk membantu penyelesaian persoalan antara lain dengan meningkatkan komunikasi dengan warga masyarakat, serta melakukan koordinasi yang lebih intensif dengan berbagai pihak terkait. Namun, Bupati juga mengingatkan bahwa PSN merupakan program pemerintah pusat yang berlokasi di Kabupaten Purworejo. Maka, sambungnya, keberhasilannya tidak dapat hanya dibebankan kepada Pemkab Purworejo. \"Misalnya terkait pembayaran ganti untung, ini merupakan hal yang sangat krusial. Namun, bukan wewenang kami, sehingga kita akan berusaha semaksimal mungkin meminta yang berwenang agar segera menyelesaikan,\" tegasnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: